Selasa, 15 Februari 2011

SISTEM DRAINASE BURUK HARUS DIPERBAIKI




Solusi Mengatasi Banjir 
di Sebengkok dan Selumit

Entah sudah terbiasa atau tidak, warga Kelurahan Sebengkok sepertinya sudah tahu cara mengatasi dampak genangan banjir, rumah mereka pun ditinggikan.
Lurah Sebengkok, Rahmat Kartolo membenarkan, warganya memang sudah punya persiapan jika terjadi banjir. Namun dia tetap berharap adanya perbaikan sistem saluran sehingga tidak lagi membanjiri kawasannya.
“Warga cegah banjir dengan meninggikan rumah mereka, tapi kembali ke persoalan utamanya, perbaikan sistemnya. Kalau tidak, warga tidak bisa keluar dari rumah kalau mau kerja atau lainnya, karena banjir tadi,” ungkap Rahmat Kartolo kepada Radar Tarakan kemarin (15/2).
Yang menjadi persoalan di Sebengkok, lanjutnya, hanyalah endapan di sepanjang parit. Tidak hanya itu, rumah warga yang sangat berdekatan dan hanya memiliki parit kecil juga menjadi kendala. Sementara debit air yang melintasi parit besar tersebut cukup besar. “Ya terjadilah banjir, itu saja sih masalahnya. Kalau sering-sering dikeruk, saya rasa bisa diatasi,” tukasnya.
Sejauh ini pihak Kelurahan Sebengkok, kata Rahmat, hanya berupaya dalam penanganan kecil-kecil saja dengan instansi terkait. Begitu dengan himbauan agar warga menjaga lingkungan ditekankan setiap ada even.
“Ya kita hanya bisa berupaya maksimal yang seperti itu, ya hanya normalisasi,” katanya.
Lurah Selumit, Sukahar Junaidi juga menyebutkan harus ada peningkatan sistem saluran jika tidak ingin banjir terus berlanjut. Dia mencontohkan Jl. KH Agus Salim (tepatnya di samping gedung Badan Amil Zakat atau BAZ) yang juga langganan banjir lantaran daerahnya sangat rendah jika dibandingkan dengan parit pembuangan menuju sungai.
“Apakah karena rendah atau paritnya kecil atau pendangkalan, kita coba pelajari dulu. Tapi sejauh ini, begitulah yang kami pantau, rendah dari pembuangannya ke sungai,” katanya.
Persoalan lain, sebut Sukahar Junaidi adalah air bah kiriman dari kelurahan “tetangga’ yang melintasi sungai menuju Hotel Grand Taufik Jl. Yos Sudarso.
“Kita pelajari dulu, jangan sampai kita bilang rendah, tapi pembuangannya lebih tinggi dari parit,” katanya. Parit tepat di depan Masjid Al- Maarif misalnya, menurut Sukahar Junaidi, sebaiknya parit tersebut diteruskan langsung ke sungai. “Kan sekarang itu bertumpu di satu titik, di samping BAZ, makanya airnya meluber karena memang tidak bisa menampung,” tandasnya.
Jika kedua kelurahan di atas mengeluhkan drainase, beda lagi dengan Kelurahan Karang Anyar yang problemnya kompleks, yakni drainase yang kecil, sempit, terjadi pendangkalan dan sungainya yang tidak muat jika banjir.
Data Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kota Tarakan menunjukkan, terdapat 24 daerah aliran sungai (DAS) yang masih aktif di kota ini. Namun dari jumlah tersebut, hanya sungai Karang Anyarlah yang paling rutin terjadi banjir besar. Dampaknya tidak hanya ke seluruh Kelurahan Karang Anyar, Jl Mulawarman juga dapat imbasnya.
Menurut Kepala Bidang Pengairan DPUTR, Abdul Khair, pelebaran sungai merupakan cara yang paling ampuh menyelesaikan permasalahan banjir di Karang Anyar.  Ada beberapa titik di sungai Karang Anyar yang menjadi perhatian pihaknya agar dilakukan pelebaran, yakni dari Masjid Daarul Faizin Jl. Mulawarman hingga Masjid Darussalam Jl. Seroja, Kelurahan Karang Anyar dan sebagian Jl Kenanga, Kampung Bugis.
Sedangkan banjir yang kerap terjadi di Jl Mulawarman, biasanya dimulai dari saluran Mulawarman 1 yang imbasnya bisa melebar ke titik terendah di Karang Anyar dan Kampung Bugis. Yang lainnya adalah saluran Mulawarman 2 yang terletak tidak jauh dari Goldstar dan Mulawarman 3 yang terletak di Jl Peningki. Kedua saluran ini adalah penyebab banjir di sebagian besar Jl Mulawarman yang luas genangannya mencapai 1.500 meter persegi.
Khusus Jl Diponegoro Kelurahan Sebengkok, kata Abdul Khair, pihaknya hanya butuh pompa air untuk menyelesaikan banjir lantaran kondisi geografisnya yang sudah tidak memungkinkan. Mengapa?
“Salurannya mana bisa tambah dalam, kan air laut dan daratan dekat dan kalau air laut pasang dan pagi itu hujan, pasti banjir kalau bertemu, sekejap saja,” tuturnya. “Makanya kita punya rencana diadakan mesin pompa. Kita sudah ada perencanaan itu,” ujarnya.
Sementara, untuk kegiatan tahun ini, Abdul Khair kembali menegaskan, sejauh ini pihaknya hanya bisa melakukan penanganan banjir dengan skala kecil saja lantaran anggaran yang disetujui hanya untuk penanganan yang “kecil-kecil” saja.
“Anggarannya memang begitu, kan harus sesuai dengan peruntukannya, kalaupun bisa mungkin tahun depan baru bisa diusulkan lagi,” ungkap Abdul Khair di ruang kerjanya kemarin.
Tahun ini pemerintah hanya bisa menggelontorkan anggaran Rp 1,7 miliar untuk beberapa kawasan banjir di pusat kota, termasuk penanganan abrasi sebagian Pantai Amal. Anggaran ini dinilai tidak mencukupi untuk menangani permasalahan banjir di Tarakan, sehingga hanya bisa melakukan pemeliharaan saja. “Memang begitulah anggarannya, apalagi anggaran pemerintahkan memang terbatas,” pungkasnya.
Selain membutuhkan keseriusan, penanganan banjir di Kota Tarakan juga memerlukan dukungan semua pihak, tak terkecuali masyarakat. Misalnya terkait pelebaran sungai Karang Anyar dan sungai Sebengkok yang diyakini bisa menjadi salahsatu solusi membebaskan hampir sebagian besar wilayah Tarakan dari banjir, tahun demi tahun berlalu selalu dihadapkan pada persoalan yang sama.
Kepala Bidang Pengairan Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang Kota Tarakan, Abdul Khair menyampaikan, instansinya sebenarnya siap mengerjakan proyek pelebaran sungai jika warga mau bersepakat. Jika warga sepakat membebaskan lahannya, DPUTR Tarakan siap mengerjakan pelebaran ataupun optimalisasi di sejumlah titik rawan banjir, termasuk di Karang Anyar.
“Kalau warga mau, kita siap mengerjakannya, tapi kalau tidak, bagaimana mengerjakannya,” kata Abdul Khair.
Pengalaman di 2008 lalu patut menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Saat itu kata Abdul Khair, sebenarnya dana subsidi dari Provinsi Kaltim pernah dikucurkan untuk penanganan banjir di Tarakan. namun anggaran tersebut “hangus” setelah DPUTR Tarakan dan warga tak bersepakat.
Diakuinya, Karang Anyar memang menjadi salahsatu fokus perhatian dalam upaya penanggulangan banjir. Sebab wilayah ini memiliki  luas area genangan banjirnya mencapai 37 hektare. Banjir terjadi lantaran tidak bisa menampung laju arus sungai setiap kali hujan.(nat)


SUMBER INFO :
RABU, 16 FEBRUARI 2011

BERBAGI INFO :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :