Minggu, 22 Januari 2012

JAYA DI ERA 80 AN, PSTK KINI BAGAIKAN MATI SURI



Eksis Bila Ada Kejelasan Kompetisi, Kelemahan Ada di Anggaran

#Tarakan - 

Sempat mengalami masa keemasan di era 80-an bahkan disegani di wilayah utara Kaltim, kini kondisi berbalik. Klub sepakbola yang pernah menembus Divisi 1 Nasional, kini gaungnya tak ada sama sekali.

PURWANTO

BANDINGKAN dengan daerah lain di Kaltim. Empat kabupaten kota di Kaltim, mereka punya klub yang berlaga di level tertinggi di tanah air, Indonesia Super League (ISL) atau Indonesia Premier League (IPL). Persiba Balikpapan disegani, Persisam Putra Samarinda kini menjadi klub top dengan dihuni beberapa pemain nasional. Mitra Kukar pun kondang dalam dua tahun belakangan ini. Bontang FC meski sempat terpuruk, kini berlaga di IPL dan masih bertahan dengan nama besarnya.
Bagaimana PSTK Tarakan ? Jangankan di level teratas, kini PSTK hancur lebur dan terbenam di dasar kasta terbawah, Divisi III. Klub ini pernah memiliki prestasi yang cukup gemerlap untuk klub yang ber-homebase di kota kecil seperti Tarakan. Memulai perjalanannya dari kasta terbawah kompetisi sepak bola nasional (Divisi Tiga), PSTK berhasil merangkak hingga ke Divisi Satu Nasional. Tapi sekali lagi, itu masa lalu. Kini tak ada lagi yang bisa dibanggakan. Jelas, ini sebuah penurunan prestasi. Apalagi anggaran yang digunakan untuk membangun PSTK tidaklah sedikit, untuk mengikuti setiap pertandingan yang dilakoni.
PSTK masih sangat diharapkan untuk bisa kembali eksis di dunia pesepakbolaan Tarakan. Niat mengembalikan eksistensi PSTK dilakukan Ketua Harian PSTK Mustafa Dg Manasse dengan sejumlah pengurus untuk bertatap muka dengan Ketua Umum PSSI Johar Arifin di Jakarta, beberapa waktu lalu. Namun Ketum PSSI tersebut tidak dapat ditemui, hanya bertemu T Sihite dan Oyong Lisa. Dalam pertemuan tersebut pengurus PSTK berbicara banyak menyangkut persoalan PSTK.
“Ini semua dilakukan demi PSTK, meski ada beberapa kendala,” ucap Mustafa. Anggota DPRD Tarakan ini mengaku, banyak kendala yang dihadapi PSTK saat ini. PSTK juga tidak ingin meminta anggaran yang besar kepada pemerintah kota karena tidak ada kejelasan klub yang dulunya bernama Persita ini. Tahun ini PSTK mendapatkan anggaran kurang lebih Rp 150 juta. Dana itu digunakan untuk membenahi administrasi dan mengikuti kongres-kongres yang sudah dilaksanakan. “Bila dianggarkan namun tidak ada kegiatan maka akan merusak nama PSTK,” katanya.
Soal PSTK terbenam di Divisi III, diklarifikasi Mustafa. Ia menjelaskan, PSTK dan semua klub Divisi I, II dan III ternyata PSTK masih berada di Divisi I. Bahkan saat persiapan Kongres Luar Biasa (KLB) yang dilaksanakan Komite Penyelamat Sepakbola Indonesia (KPSI) pengurus PSTK ikut menghadiri. Karena Surat Keputusan (SK) PSTK masih berada di Divisi I.  “Pengurus rapat menunggu perkembangan daripada gejolak PSSI secara nasional,” tuturnya. Direncanakan tahun ini KPSI akan melakukan rapat tahunan. Kemungkinan PSTK akan mengikuti rapat tersebut.
Mengenai kompetisi yang digulir, PSTK lebih memilih Indonesian Super League (ISL). Meski demikian, melalui kesepakatan pengurus PSTK saat ini tidak menganggarkan untuk mengikuti kompetisi. “Bila kami menganggarkan ternyata tidak ada kejelasan seperti ini menjadi beban kami juga,” urainya. Mengenai anggaran yang disiapkan untuk PSTK kala masih eksis, dikatakannya fleksibel. Artinya saat PSTK di Divisi II dan III tidak bisa ditargetkan anggaran harus sekian. “Ya karena itu per wilayah. Semisal telah dianggarkan Rp 2 miliar untuk sampai selesai kompetisi, ternyata pada putaran pertama sudah kalah. Hal itu kami alami saat PSTK dari Divisi II ke Divisi I. Kami dianggarkan sekitar Rp 3,5-4 miliar sampai selesai kompetisi dan masuk Divisi Utama. Ternyata kami gagal di putaran pertama dengan anggaran yang digunakan Rp 1,3 miliar, sisa dari itu (Rp 2 miliar lebih) dikembalikan ke kas daerah,” bebernya.
Menurut dia, bila masih berkecimpung di kompetisi amatir sangat sulit memprediksi anggaran hingga masuk putaran ke final. Di level amatir ini Mustafa mengaku ada kebimbangan, jangan sampai sudah melakukan pelatihan pemain namun kompetisi tidak jelas. “Untuk para pemain PSTK saat ini tidak ada masalah, masih ada. Tidak terlalu sulit untuk mengumpulkan pemain, bila ada kejelasan kompetisi.  Ke depan kalau ada kejelasan dan didukung oleh masyarakat Tarakan maka PSTK akan kembali eksis. Yang jelas mengurus bola ini kita harus berkorban, tenaga dan materi,” yakin Mustafa.
Mengenai tanggapan sebagian masyarakat bahwa PSTK vakum, hal itu dibantah pria yang juga Ketua Umum POBSI Tarakan ini. Dia menegaskan, PSTK ini tidak vakum, bergerak terus untuk mengikuti perkembangan. Hanya saja, pengurus PSTK sendiri tidak ingin merepotkan PSSI dan KONI Tarakan.  Dijelaskannya, sebenarnya yang layak memutar kompetisi untuk klub di kota Tarakan ini adalah PSTK. Bila hal itu dilihat di Anggaran Dasar Anggaran Rumah Tangga (AD/ART). “Kita tidak ingin meributkan masalah itu, tugas PSSI mengurus administrasi dan mengadakan kompetisi di kelompok umur,” ungkapnya. Yang jelas kata dia, kelemahan PSTK terletak di anggaran. Karena anggarannya “masih nempel” di PSSI Tarakan.
Tidak eksisnya PSTK juga sangat disayangkan pecinta bola Tarakan.  Seperti yang dikatakan Tamsil Jamaluddin. Menurutnya apa yang sudah dilakukan PSTK selama ini jadinya sia-sia saja. “Jelas ini sangat disayangkan sekali karena untuk membawa PSTK berprestasi, butuh dana yang tidak sedikit,” katanya.  Menurut Tamsil, penurunan prestasi ini disebabkan kinerja pengurus PSTK. Pengurus PSTK tidak memiliki niat membangunkan kembali PSTK yang sedang tidur panjang, termasuk bagaimana mengatasi persoalan anggaran yang menjadi kendala utama.
“Barang ini (PSTK) seolah-olah mati suri. Saya bisa katakan bahwa mati suri karena gaungnya sekarang tidak kelihatan. Sejak tahun 2011 sampai awal 2012 ini juga belum ada tanda-tanda bangkit,” cetus Tamsil.  Perlu adanya evaluasi di tubuh manajemen PSTK ? menurutnya hal itu bisa saja dilakukan. Karena yang dibutuhkan sekarang adalah pengurus yang benar-benar mau bekerja untuk PSTK. “Kalau tidak seperti itu, ya PSTK akan begini-begini saja, tidak akan maju,” katanya.
Selain kepada manajemen PSTK, PSSI Tarakan juga dianggap ikut bertanggungjawab atas nasib PSTK. Tamsil menilai, induk organisasi sepak bola di Tarakan yang kini dipimpin H. Jumain ini kurang memperhatikan nasib PSTK. “Kenapa PSTK kemarin bisa maju? itu yang kami lakukan dulu. Sumber dana untuk PSTK itu yang kami upayakan. Artinya kita dorong PSTK untuk berbuat, kita yang fasilitasi ke pemerintah berkenaan dana,” kata Tamsil yang juga mantan sekretaris PSTK.
Namun yang terjadi justru sebaliknya, PSSI Tarakan saat ini terkesan jaga gengsi, begitu pun dengan Manajemen PSTK. Sungkan mengadu nasib ke PSSI, sebaliknya PSSI enggan mencampuri urusan PSTK. Hal senada diungkapkan salah satu pengurus PSSI Tarakan Ruslan. “Kalau memang masih ada PSTK, harusnya sharing dengan PSSI, karena kalau menyangkut masalah bola berarti terkait masalah anggaran,” katanya.  Selama ini sepengetahuan Ruslan, tidak pernah (PSTK) sharing pendapat dengan PSSI. “Nah, kalau memang masih ada kenapa tidak, ya monggo sama-sama benahi. Jangan sama-sama (jaga gengsi). Artinya PSTK tidak pernah koordinasi dengan PSSI, ya PSSI juga seperti itu,” sambung Ruslan. (ipunk@radartarakan.com)


Sumber Info (Kecuali Gambar) : Radartarakan.co.id - Sabtu, 21 Januari 2012



BERBAGI INFO :

1 komentar:

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :