Minggu, 22 Januari 2012

BANYAK ORDER SAAT IMLEK, PERNAH JUARA DUNIA




#Tarakan - SETIAP kali datang Tahun Baru Imlek, wajah “singa” berwarna-warni ini  selalu bermunculan di berbagai sudut Kota Tarakan. Pertunjukan barongsai kini memang digunakan dalam berbagai acara, seperti pembukaan restoran, outlet, event akbar, dan kegiatan lainnya yang tak hanya di kalangan warga Tionghoa.
Pada event atau momen tertentu, barongsai mendatangkan rezeki bagi para pemain maupun perkumpulan. Apalagi saat Imlek 2563 tahun ini, grup kesenian barongsai sibuk meladeni pesanan dengan upah yang nominalnya tak ditentukan. Tak hanya pesanan untuk tampil di rumah-rumah warga Tionghoa, melainkan juga di berbagai acara Imlek.   
Barongsai Paguyuban Sosial Marga Tionghoa (PSMT) Tarakan yang didukung sebanyak 20 pemain, saat perayaan Imlek unjuk kebolehan di rumah-rumah penduduk dan tempat lainnya. “Kalau Imlek biasanya kurang lebih 30 rumah kami datangi. Seperti Imlek tahun ini jauh hari sebelumnya sudah banyak yang pesan,” kata Ferdi, ketua Tim Barongsai PSMT.
Tak hanya Imlek, perayaan Cap Go Meh yang digelar seminggu setelah Imlek, juga membawa rezeki bagi para pemain barongsai. Mereka kebanjiran order kendati jumlahnya tak sebanyak saat Imlek. Biasanya sekitar 15 orang yang meminta kehadiran barongsai.
Setiap pemesan untuk menampilkan atraksi barongsai ini, PSMT Tarakan tak mematok tarif khusus. Melainkan hanya menerima dalam bentuk tanda “terima kasih”. “Biasanya sih kalau dalam setiap event mereka kasih Rp 2,5 juta,” ujarnya.  
Ia menambahkan, menjadi pemain barongsai gampang-gampang susah. Meski tidak disertai adanya upacara khusus, namun pemain barongsai harus memiliki kemampuan khusus. Pemain harus memiliki dasar bermain akrobat dan kemampuan mengekspresikan benda mati agar menjadi hidup.
“Berbeda dengan dulu, penari barongsai harus memiliki dasar ilmu bela diri. Sekarang, tak perlu harus memiliki ilmu bela diri. Yang penting ada bakat dan kemauan untuk berlatih secara rutin,” tegasnya.
Barongsai Tarakan yang didirikan sejak 2001 ini hingga sekarang memiliki anggota lebih 20 orang. Kebanyakan pelajar di kota Tarakan. “Kalau dulukebanyakan dari pekerja, sekarang sudah kebanyakan pelajar. Tapi sebagian juga ada yang sudah bekerja,” kata Ferdi.  
Pemain Barongsai PSMT bukan hanya warga Tionghoa, melainkan juga warga pribumi. “Kalau awalnya sih, pemainnya semua orang Tionghoa, sekarang sudah campur aduk, ada orang Jawa, Dayak, Bugis, dan Toraja,” katanya.  
Prestasi perkumpulan barongsai ini sudah mendunia. Tahun 2006, PSMTI menjadi juara pertama kejuaraan dunia barongsai yang diadakan di Surabaya pada tahun 2006. Kelompok ini sudah melanglang buana hingga ke beberapa negara. (sur/ran)


Sumber Info (Kecuali Gambar) : Kaltimpost.co.idMinggu, 22 Januari 2012

BERBAGI INFO :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :