Uji Laboratorium, Kadar Zat Besi Menyimpang Jauh dari Standar
WaliKota Tarakan H Udin Hianggio berharap, PDAM bisa segera mengatasi kualitas air yang dihasilkan dari instalasi pengolahan air (IPA) Kampung Satu.
Wali kota juga meminta agar perusahaan daerah yang berkantor di Jl. Slamet Riyadi tersebut memiliki kepekaan terhadap persoalan-persoalan yang terjadi di lapangan. “Memang ini menjadi risiko PDAM, namun diharapkan dengan adanya hujan bisa menurunkan tingkat kekeruhan air,” kata Wali Kota Udin Hianggio kepada Radar Tarakan kemarin (5/5).
Untuk perbaikan kualitas air bersih tersebut, wali kota memberikan deadline kepada PDAM Tarakan untuk menyampaikan perkembangan-perkembangan yang terjadi selama beberapa hari ini. “Minimal satu minggu ini sudah bersih,” tandasnya.
Bagaimana caranya, wali kota menyerahkan sepenuhnya kepada bagian teksis PDAM. Menurutnya, kalau memang tidak bisa melayani semuanya, jangan dipaksankan 24 jam karena akan berakibat terhadap kualitas air baku yaitu air yang berada di tanah dasar akan ikut terkuras. “Dengan begitu, kualitas air akan semakin baik,” harapnya.
Menyikapi persoalan kualitas air PDAM yang menurun khususnya yang berasal dari air baku Embung Binalatung, kemarin malam berlangsung pertemuan tertutup antara manajemen PDAM dan sejumlah instansi di ruang kerja wali kota.
Sementara, dari hasil pemeriksaan air olahan PDAM di IPA Kampung Satu yang dilakukan oleh tim Dinas Kesehatan (Dinkes) Tarakan melalui Laboratorium Kesehatan tertanggal 4 Mei lalu, dominan tak memenuhi syarat kelayakan untuk air minum.
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI nomor 492/Menkes/Per/IV/2010 disebutkan persyaratan kualitas air minum pada parameter fisik kadar maksimum yang diperbolehkan untuk dikonsumsi yakni air tersebut tidak berbau.
Sedangkan dari hasil pemeriksaan yang telah diuji, air tersebut menghasilkan bau anyir berwarna kecoklatan. “Dari hasil uji fisika, keruhannya di atas baku mutu yang telah ditetapkan Menteri Kesehatan yaitu 11,0 NTU (Nephelometric Turbidity Unit) dari baku mutu 5 NTU,” sebut Karsidi S.KM, staf Penyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Tarakan kemarin (5/5).
Selain itu lanjut Karsidi, pada hasil uji kimia air, parameternya menunjukkan aluminium menghasilkan 0,26 mg/L. Seharusnya berdasarkan kadar maksimal atau baku mutu layak atau tidaknya dikonsumsi air tersebut harus memiliki kadar 0,2 mg/L. Untuk parameter mangan yang diperoleh Dinas Kesehatan pada hasil uji laboratoroum adalah 0,54 dari baku mutu 0,5. “Yang paling menyimpang jauh dari baku mutu yaitu parameter zat besi (Fe). Hasil uji kita temukan 4,83. Sedangkan baku mutunya 1,0 mg/L,” beber Karsidi kepada Radar Tarakan. (selengkapnya lihat grafis). “Alumnium biasanya terdapat di tawas, mangan yang berasas warna kecoklatan,” jelasnya lagi.
Melihat hasil tersebut dan sesuai kesepakatan bersama dengan pihak PDAM Tarakan bahwa untuk sementara waktu satu atau dua minggu ini air bersih yang dialirkan oleh Embung Binalatung oleh PDAM tidak dapat dikonsumsi atau diminum. “Jadi sementara hanya dapat digunakan untuk mencuci, mandi dan lain-lainnya,” imbau Karsidi.
Lantas bagaimana dampaknya jika dikonsumsi? Karsidi menjelaskan, dampak air PDAM tersebut secara langsung sebetulnya tidak ada. Hanya saja, dikhawatirkan dampak untuk jangka panjang terutama estetika atau ketidaknyamanan orang untuk mengonsumsinya karena memiliki rasa bau, warna, dan rasa.
“Kalau dia gatal-gatal mungkin itu karena kondisi air yang tidak segar. Tapi setiap orang pasti berbeda-beda. Ada yang alergi, dan ada tidak, atau yang memiliki ketahanan tubuh yang baik. Meski demikian, kami tetap menyarankan agar tidak dikonsumsi sementara waktu ini sebelum pihak PDAM melakukan perbaikan kualias air tersebut,” beber Karsidi.(ddq/sur)
Sumber Info (Kecuali gambar Ilustrasi) :
Radartarakan.co.id - Jumat, 6 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA
SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :