TERBARU.......

Selasa, 13 Desember 2011

WANA WISATA PERSEMAIAN MAKIN TAK DIMINATI WARGA




Satwa Tinggal Dua Ekor, Arena Permainan Tidak Ada Lagi

#Tarakan - 

Wana Wisata Persemaian. Tempat wisata yang berlokasi di Kelurahan Karang Harapan ini, dulu sangat dikenal oleh masyarakat Tarakan, dan di utara Kaltim pada umumnya. Namun objek wisata alam yang dulunya milik PT Inhutani itu, kini sepi dan terkesan tak terurus. Berikut lipuran wartawan Koran ini yang berkunjung ke sana beberapa hari lalu.
Ahmad Yani
MEMPRIHATINKAN. Kesan yang kita dapat sata memasuki kawasan wisata alam seluas sekitar 95 hektare tersebut. Selain sepi pengunjung, beberapa binatang peliharaan dana tanaman-tanaman langka yang dulu pernah ada, sekarang tidak terlihat lagi.
Tak hanya itu, fasilitas hiburan yang pernah tersedia, banyak yang rusak termakan usia. Seperti ayunan, tempat bermain anak dan lain. “Ke sana mau lihat apa? Sudah tidak ada apa-apa lagi. Kalau dulu ada binatang-binatangnya, ada tempat main,” kata warga, ketika ditanya soal mina tapa tidaknya berwisata ke lokasi yang tepat di berada di pinggir jalan poros menuju Juata itu. 
Dari depan, tampak gerbang masuk yang sudah lusuh, namun masih cukup kokoh. Tepat di samping kanan gerbang bagian dalam terdapat pos jaga dan tak jauh melangkah dari arah gerbang menuju ke dalam, tepatnya di sebelah kiri jalan berdiri sebuah papan reklame yang menggambarkan denah lokasi Wana Wisata tersebut.
Dari denah tersebut, kita bisa mengetahui posisi atau lokasi tempat-tempat menarik yang bisa dikunjungi, seperti taman satwa, kebun anggrek, bumi perkemahan, kolam pancing, tempat bermain anak-anak, tempat bermain golf dan beberapa tempat santai seperti kantin, persemaian, hutan pinus dan hutan agatis.
Wow… pasti seru berwisata di sini. Bayangan kita jika melihat papan petunjuk itu. Tapi itu dulu. Sekarang semua fasilitas itu sudah tidak ada. Yang tertinggal hanya bekas-bekasnya. Seperti kandang hewan yang tak terurus, pot-pot bunga anggrek yang tak ditanami lagi dan lain-lainnya.
Labih jauh ke dalam, pemandangan teduh diarena tersebut sangat meyejukkan mata. Akan tetapi, kondisi tersebut tidak terdukung oleh fasilitas yang mamadai, seperti perawatan rumput di bawah rindangnya pepohonan, serta kursi taman dan tempat bersantai lainnya hampir tidak ada ditemui.
Mencoba menjelajah lebih ke dalam wana wisata tersebut, dan setelah melalui ridangnya pepohonan pinus dan agatis, terdapat sebuah jembatan yang melintasi sebuah sungai kecil.
Di seberang jembatan, akan ditemui tiga buah rumah sederhana tempat tinggal para pengawas yang bertugas di wana wisata tersebut. Tepat di belakang jejeran rumah pengawas, terdapat 7 buah kandang satwa yang pernah menjadi daya tarik bagi pengunjung untuk berlibur.
Sayang, hanya 2 kandang saja yang masih berisi, yakni kandang buaya-berupa kolam yang berisi satu ekor buaya dan kandang musang yang di dalamnya juga terdapat satu ekor musang.
Sementara kandang lainnya, seperti kandang aneka burung dan kandang beruang madu, monyet, semua tampak tidak terawat dan beberapa bagian dinding kandang sudah rusak.
Menurut informasi, beberapa tahun silam di taman satwa tersebut terdapat berbagai macam satwa yang ditangkar dari alam liar seperti Gajah, Jerapah dan beberap jenis satwa lainnya.
Mencoba mengorek informasi mengenai keberadaan satwa tersebut, mandor pengawas yang bertugas merawat tempat tersebut, Billi Andris mengatakan, sejak dirinya mulai bekerja di Wana Wisata tersebut sebagai pengawas, yaitu 2001 silam, hanya tersisa 2 ekor satwa tersebut saja yang tersisa.
“Saya juga tidak tahu dengan jelas, tapi kalau tidak salah hewan-hewan yang lain telah dikembalikan ke habitatnya, karena ditakutkan tidak mampu beradaptasi dengan lingkungan disini,” ungkap Billi kepada Radar Tarakan.
Diakui Billi, pengunjung yang datang ke Wana Wisata tersebut kini jumlah tidak banyak. Aktifitas pengunjung yang datang ke Wana Wisata sekarang biasanya hanya menggelar outbound dan latihan golf saja. Kalaupun ada yang datang untuk bersantai dan sekedar menikmati panorama alam, jumlahnya bisa dihitung jari.
“Kalau hari Senin sampai Sabtu, gerbang tidak kita jaga karena kita juga banyak pekerjaan disini. Jadi pengunjung bebas saja keluar masuk, kalau hari Minggu kita tidak kerja jadi kita ada waktu menjaga gerbang kita dan setiap pengunjung yang datang kita tarik biaya, tapi tidak seberapa,” jelasnya.
Menurut Billi, salah satu kendala yang dirasakan dalam pengelolaan Wana Wisata adalah, besarnya biaya pemeliharaan yang tidak sebanding dengan pemasukannya. Katanya, penghasilan dari penarikan retribusi pengunjung dalam satu bulan hanya berkisar  Rp 100 hingga Rp 150 ribu saja.
Padahal, kata dia, untuk perawatan dan pemeliharaan kedua satwa yang tersisa (Buaya dan Musang) saja berkisar Rp 400 ribu rupiah perbulan. “Buayanya kita kasi makan ikan, karena kalau beli dagingkan mahal, musangnya kita kasi makan pisang, biayanya bisa mencapai Rp 400 ribuan satu bulan,” ungkapnya. (*)


Sumber Info : Radartarakan.co.id - Senin, 12 Desember 2011

BERBAGI INFO :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN
LIHAT VIDEONYA, SILAHKAN KLIK GAMBAR DIATAS