TERBARU.......

Selasa, 25 September 2012

Minta Tarif Listrik Dinaikkan




Jika Mesin PLN Tarakan Cuma Andalkan Gas Bunyu

#Tarakan - Sekretaris Perusahaan PT PLN (Pelayanan Listrik Nasional) Tarakan, Muyoto mengatakan, sebenarnya Pertamina EP Bunyu bisa menyuplai gas sebesar 6 MMSCFD (Million Metric Standard Cubic Feet per Day) untuk memenuhi kebutuhan membangkitkan 14 unit mesin pembangkit listrik tenaga gas.
Hanya saja, kesanggupan itu harus dibayar mahal. Sebab, harga jual gas yang diinginkan Pertamina EP Bunyu lebih tinggi dibanding harga yang disepakati antara PT Medco EP dengan PLN Tarakan.
Untuk diketahui, sesuai nota kesepakatan perjanjian jual beli gas  yang diteken antara manajemen PT Medco EP dan PT PLN Tarakan pada tahun 2007 lalu dan semestinya berakhir hingga 2015 disepakati harga gas yang harus dibayar perusahaan penyedia listrik bagi masyarakat Tarakan itu sebesar USD 3 per Million Metric British Thermal Units (MMBTU).
“Suplai gas 6 MMSCFD dari Bunyu ada kesanggupan, namun dengan harga 5,5 dolar (USD 5,5 atau Rp 52.800 per MMBTU dengan asumsi kurs 1 USD = Rp 9.600, Red.),” kata Muyoto kepada Radar Tarakan, kemarin (24/9).
Maka, kata Muyoto lagi, jika pasokan gas hanya mengandalkan dari Bunyu, konsekuensinya merevisi tarif tenaga listrik (TTL) yang saat ini diberlakukan. Sebab TTL yang sekarang berdasarkan Peraturan Daerah Kota Tarakan Nomor 01 Tahun 2010, mengacu harga gas yang disepakati antara PT Medco EP dan PLN Tarakan sebesar USD 3 atau Rp 28.800 (kurs Rp 9.600/1 USD) per MMBTU.
“Sekarang itu, suplai gas dari Medco 0,14 MMSCFD, sehingga tidak bisa membangkitkan untuk satu MW (Mega Watt). Hal itu sangat kita sayangkan,” bebernya.
Memang jika Pertamina EP Bunyu bisa menyuplai gas sebanyak 6 MMSCFD, maka kekhawatiran bakal terjadi krisis listrik di Tarakan jika upaya PT Medco EP mengajukan KPLA (Kesepakatan Pengakhiran Lebih Awal) perjanjian jual beli gas dengan PT PLN Tarakan disetujui Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas), tak akan terwujud.
“Tapi harga gas ini (dipatok Pertamina EP Bunyu, Red.) sudah 5,5 dolar, sehingga harus ada penyesuaian tarif yang juga dinamakan TTLB (Tarif Tenaga Listrik Berkala),” ungkapnya.
Sebelum itu kata Muyoto lagi, perlu dilakukan hitung-hitungan dengan pemerintah kota agar PT PLN Tarakan tidak rugi. Karena diakui Muyoto, PT PLN Tarakan sudah lumayan rugi dan bisa berkesinambungan ke depan.
“Permasalahan ini tidak bisa dipikirkan PLN sendiri, harus dipikirkan bersama-sama dengan masyarakat, dewan dan pemerintah sebagai amanat Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2009 tentang Ketenagalistrikan,” kata Muyoto lagi.
Dikonfirmasi terpisah, Humas Pertamina EP Bunyu, Fikri Fardhinan kepada Radar Tarakanmenyampaikan, secara teknis ketersedian gas di pulau Bunyu memungkinkan dipasok memenuhi kebutuhan mesin pembangkit listrik PLN Tarakan sebesar 6 MMSCFD. Sebab, hasil eksploitasi Pertamina EP Bunyu yang mencapai angka 10.509 MMSCFD. “Secara teknis mungkin bisa,” kata Fikri, kemarin.
Meski demikian, dia tak berani menjamin apakah nanti Pertamina EP Bunyu benar-benar bisa memasok gas ke PLN Tarakan sebanyak itu. Sebab, ada birokrasi yang harus dilalui, di antaranya bergantung keputusan BP Migas.
“Kami (Pertamina EP Bunyu hanya mencari sama menyediakan gas. Kalau angka segitu (6 MMSDF) secara teknis memungkinkan,” jelasnya.
Selain itu, tak hanya Tarakan saja yang membutuhkan gas, Bunyu sebagai daerah penghasil juga demikian. Namun hingga saat ini kata Fikri,  belum ada kepastian apakah Pembangkit Lingtrik Tenaga Gas (PLTG) Bunyu bisa disuplai dari Pertamina EP Bunyu atau tidak. Lagi-lagi alasannya masih menunggu keputusan dari BP Migas.
“Gas itu milik negara, jadi harus mendapat izin dari BP Migas,” tegas Fikri. Walau demikian, Pertamina EP Bunyu sedang fokus pada suplai gas untuk PLTG di Bunyu.
Di bagian lain, Sekretaris Kota Tarakan, Drs H Badrun mengatakan,  pemerintah kota telah memiliki Rencana Umum Kelistrikan Daerah (RUKD) yang dijabarkan dalam sejumlah tahapan. RUKD itulah yang menjadi acuan utama terkait ketersediaan pasokan listrik di Tarakan, jangka pendek, menengah dan panjang (hingga tahun 2030).
“Dalam perjalanannya, sudah ada kesepakatan tertulis antara PT Pelayanan Listrik Nasional  Kota Tarakan dengan sejumlah pihak terkait, baik perusahaan tambang minyak dan gas bumi seperti PT Medco, Pertamina Bunyu, MKI maupun Adiquatro,” kata Badrun usai menghadiri rapat koordinasi masalah kondisi kelistrikan di Tarakan di Ruang Kenawai Sekretariat Kota Tarakan, sore kemarin (24/9).
“MoU (Memorandum of Understanding) yang sudah jalan, yakni MoU antara PT PLN Tarakan dengan Medco dan Pertamina Bunyu untuk penyediaan gas bagi Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) milik PLN Tarakan,” imbuhnya.
Mantan Asisten I Setkot Tarakanb itu mengatakan, dari pelaksanaan kedua MoU tersebut, untuk penyediaan gas dari Medco memang berada pada limit terendah, sehingga berdampak langsung pada kemampuan listrik di Tarakan. “Kondisi ini adalah gejala situasional, dan MoU antara Medco dengan PLN Tarakan tetap akan berjalan hingga tahun 2015. Itu upaya menengahnya, sementara upaya permanennya, disesuaikan dengan RUKD yang dirancang hingga tahun 2030,” ungkap Badrun.
Disebutkannya, situasi kelistrikan yang saat ini berada dalam kondisi situasional, diakibatkan oleh tekanan gas yang dihasilkan Medco, kondisinya naik-turun. “Itu bukan kondisi permanen, bisa saja satu atau seminggu lagi sudah dalam kondisi baik. Toh, tekanan gas ini kan sulit diprediksi yang juga dipengaruhi oleh pola pergeseran lempengan yang ada di dalam perut bumi,” ujarnya.
Dikatakan Badrun, saat ini kondisi tekanan gas yang dihasilkan Medco berkisar pada skala 1 MMBTU (Million Metric British Thermal Unit) dan cenderung menurun. “Pun demikian adanya, Medco kita nilai sudah melaksanakan perjanjian sesuai kontrak, dengan dukungan pasokan gas dari Pertamina Bunyu sebesar 4,5 MMBTU, insya Allah ketersediaan listrik lewat PLTG PLN Tarakan tetap dalam kondisi aman,” kata Badrun lagi.
“Ya, serendah-rendahnya tekanan gas yang dihasilkan Medco itu, minimal diharapkan mencukupi pasokan gas untuk PLTG PLN-lah,” tambahnya. Badrun juga menyebutkan, langkah lainnya adalah meningkatkan pasokan gas dari Pertamina Bunyu sebesar 6 MMBTU yang ditargetkan dapat terwujud dalam beberapa bulan kedepan.
Tak terlepas dari itu, Badrun juga menguraikan bahwa yang disayangkan saat ini adalah adanya stigma dan tudingan miring dari sejumlah kalangan, seolah-olah persoalan penurunan tekanan gas itu dilakukan secara sengaja oleh Medco. “Itu tidak disengaja, dan memang sudah kodrat alam. Saya juga menegaskan, Medco akan tetap membangun kerjasama dengan PLN sampai habis masa kontrak usai. Dan, tak ada niat dari Medco untuk mengambil opsi KPLA (Kebijakan Penyelesaian Lebih Awal),” tegas H Badrun.
Yang jelas, keberadaan Medco bagi ketersediaan bahan bakar gas bagi Kota Tarakan cukup penting. Selain sebagai penyedia dan pemerintah kota regulatornya, Medco juga berperan penting dalam penyediaan jalur pipa distribusi gas bagi PLN Tarakan yang disalurkan oleh Pertamina Bunyu saat ini. “Pipa yang digunakan untuk menyalurkan gas dari Bunyu ke Tarakan itu, jalur pipa gas milik Medco. Jadi, kaitan diantara Medco, Pertamina, PLN dan pemerintah kota, tak bisa dipisahkan,” ulasnya.(ipk/din/ndy)


Sumber Info (Kecuali Gambar Ilustrasi) : Radartarakan.co.id - Selasa, 25 September 2012



BERBAGI INFO :

BLOG PAGUNTAKA CITY IN MEDIA
Bagaimana pendapat anda tentang manfaat BLOG PAGUNTAKA CITY IN MEDIA, Silahkan klik dibawah ini :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN
LIHAT VIDEONYA, SILAHKAN KLIK GAMBAR DIATAS