TERBARU.......

Jumat, 24 Mei 2013

PLN Tarakan Merugi : Targetnya, Juli Tak Bakar Solar Lagi



Bakar Solar, PLN Merugi Rp 18,6 M per Bulan

#Tarakan - Berkuat usaha untuk menyediakan ketersediaan listrik yang memadai bagi seluruh pelanggannya, PT PLN Tarakan sejak tanggal 7 April lalu mengambil kebijakan untuk memaksimalkan pemanfaatan sejumlah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD)-nya, baik dengan sistem sewa pembangkit atau miliki PLN sendiri. Rincinya, PLTD yang dioperasikan itu, dengan sistem sewa berdaya 10 Mega Watt dengan daya mampu 6 Mega Watt. Saat ini juga sedang dalam tahap penyelesaian atau proses mobilisasi PLTG sewa tahap II dengan kapasitas 4 Mega Watt rencana COD akhir Juni 2013.



Sementara PLTD milik PLN Tarakan sendiri yang berbahan bakar gas/HSD/MFO berdaya mampu 10,7 Mega Watt pada saat kondisi gas tercukupi sesuai kebutuhan. Sebagaimana disampaikan oleh Sekretaris Perusahaan PT PLN Tarakan, Muyoto. “Untuk 1 Mega Watt produksi PLTD, membutuhkan 6.600 liter solar dengan harga industri sekira Rp 10 ribu hingga Rp 10.200 per liter. Jadi, untuk sehari atau 24 jam, untuk menghasilkan daya 1.000 kilo watt hour atau sama dengan 24 ribu kilo watt hour per hari dikalikan dengan SFC (Spesific Field Consumptif) sebesar 0,275 dikalikan kebutuhan solar per hari 6.600 liter dengan harga Rp 10 ribu per liter, total pengeluaran harian pembelian solar PLTD itu mencapai Rp 66 juta,” ungkap Muyoto.

Berbicara soal untung-rugi, untuk 1 Mega Watt yang diproduksi, dengan pengeluaran Rp 66 juta per hari dibagikan dengan 24 ribu kilo watt hour produksi listrik, maka biaya per kilo watt hour-nya mencapai Rp 2.750. Nilai itu, ditambah lagi dengan biaya over head sebesar Rp 230 serta losses sebesar 5 persen dari over head (Rp 149 per kilo watt hour) maka total biaya yang dibutuhkan untuk menghasilkan daya listrik per 1 kilo watt hour sebesar Rp 3.129. “Coba dilihat dari besarnya biaya yang diminta dari pelanggan PLN, hanya Rp 890 per kilo watt hour. Artinya, PLN tiap kilo watt hour-nya mengalami kerugian sebesar Rp 2.239,” urai Muyoto kepada pewarta di ruang Media Center Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Tarakan, kemarin (23/5).

“Itu baru sehari, sementara kita memiliki 10 Mega Watt daya mampu dari PLTD sewaan dan 7 Mega Watt dari PLN. Kalau dikalkulasikan, untuk PLTD sewaan itu, biaya solar yang kita keluarkan mencapai Rp 6,6 miliar per hari atau sama dengan Rp 19,8 miliar per bulan. Nah, kalau ditambah lagi dengan PLTD-nya PLN Tarakan, maka pengeluaran per bulan untuk beli solar mencapai Rp 33,6 miliar. Bayangkan,” imbuh Muyoto seraya menekankan bahwa untuk memenuhi biaya pembelian solar itu, pihaknya masih mencari ‘utangan’ kesana-sini, lantaran belum adanya ketetapan pensubsidian biaya pembelian solar dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).

Dikatakannya pula, dengan kondisi pengeluaran seperti diatas, kondisi finansial perusahaan tersebut dalam keadaan merugi. Pertimbangannya, total pendapatan yang diterima PLN dari pelanggannya, per bulan hanya sebesar Rp 15 miliar. “Jika dikurangkan dengan total biaya pembelian solar untuk 17 Mega Watt PLTD tadi, maka kerugian PLN mencapai Rp 18,6 miliar lebih. Dan, ini faktanya, bukan dikarang-karang atau dimanipulasi, inilah yang terjadi,” terang Muyoto.

Itu belum termasuk pengeluaran untuk Perjanjian Jual Beli Gas (PJBG) yang diteken antara PLN Tarakan dengan sejumlah operator eksplorasi minyak dan gas bumi di Tarakan. Pun demikian, gas menjadi harapan satu-satunya bagi PLN Tarakan untuk menekan pengeluaran itu. Jadi, jika pasokan gas dari tiap operator yang memilikii PJBG dengan PLN Tarakan bermasalah, sudah pasti pengeluaran akan terus bertambah, begitu pula neraca keuangan PLN akan terus ‘sakit parah’.

Untuk diketahui, saat ini ada dua operator gas bumi yang sudah merealisasikan PJBG-nya, yakni PT Medco dan PT Pertamina EP Bunyu yang masing-masing memiliki tanggungjawab untuk memasok gas ke Pembangkit Listrik Tenaga Gas atau Pembangkit Listrik Tenaga Mesin Gas baik sewa maupun milik PLN Tarakan sebesar 6 Million Metric Standard Cubic Feet per Day (MMSCFD) untuk Medco, dan 5 MMSCFD untuk Pertamina Bunyu. “Dengan 5 MMSCFD gas yang dipasok, daya mampu yang dihasilkan bisa mencapai 20 Mega Watt. Jadi, kalau kondisi gas dari kedua operator ini maksimal, ada sekira 40 Mega Watt listrik yang tersedia. Tapi kan kondisinya tak seperti itu, sebab Medco hanya memasok gas ke PLN sekira 0,2 MMSCFD akibatnya pasokan listrik pun berkurang, makanya kita pakai solar,” ulas Muyoto lagi.

Saat ini, untuk kondisi PLTG maupun PLTMG yang menerangi Kota Tarakan, menurut data kondisi sistem pembangkitan PLN Tarakan, dari milik PLN sendiri berdaya mampu 10 Mega Watt, sedangkan dari sewaan berdaya mampu 17,6 Mega Watt. Selain itu, Excess Power atau IPP yang mendukung kondisi pembangkitan juga datang dari PLTU Idec dengan daya mampu 2,0 Mega Watt ditambah PLTG Perusda sebesar 10,2 Mega Watt. “Nah, jika diakumulasikan seluruhnya, kondisi sistem pembangkitan di Tarakan ini, dari PLTD total daya mampu 16,7 Mega Watt, PLTG/PLTMG total daya mampunya 27,60 Mega Watt, dan IPP sebesar 12,2 Mega Watt, maka daya mampu total sistem pembangkitan kita mencapai 56,5 Mega Watt,” ungkapnya.

“Dengan total daya mampu 56,5 Mega Watt tadi, kita memiliki cadangan sebesar 20 Mega Watt karena beban puncak kita hanya 36,5 Mega Watt. Jadi, sebenarnya pasokan listrik kita itu berlebih, namun kondisi pasokan bahan bakar gasnya yang jadi masalah,” tambahnya.

Dalam keadaan merugi seperti ini, PLN Tarakan, kata Muyoto, masih tetap merasa perlu menambah terus pasokan listrik yang ada, hingga berada di zona aman. Dari itu, saat ini PLN Tarakan tengah melakukan proses lelang penambahan mesin gas (PLTMG) sebesar 6 Mega Watt di Binalatung untuk menyerap pasokan gas dari PT Manhattan Kalimantan Investment (MKI) yang direncanakan gas ini pada bulan Juli 2013. “Untuk mendukung keandalan sistem dan dalam rangka penambahan kapasitas pembangkit 6 Mega Watt tersebut, PLN kini sedang dalam proses pekerjaan penambahan dan rekonduktor jaringan di beberapa titik di Feeder VI (dari Binalatung ke GH Indoor-dekat kantor KPU Tarakan, Red.),” terang Muyoto.

Nah, kalau ternyata gas in MKI berlangsung lancar, dan pasokan gas Pertamina Bunyu aman, mungkinkah kebijakan ‘bakar solar’ bakal diakhiri? Menjawab hal ini, Muyoto meyakinkan bahwa tatkala semua skenario program kerja sistem pembangkitan tadi berjalan lancar, bukan mustahil kebijakan itu akan diakhiri. “Paling cepat, bulan Juli 2013 kita sudah bisa akhiri atau mengurangi pembelian solar. Pertimbangannya, Pertamina konsisten sumbang 5 MMSCFD gas ke kita, gas in dari MKI juga lancar,” tukasnya. (ndy)


Sumber Info : Radartarakan.co.id - Jumat, 24 Mei 2013






BERBAGI INFO :

BLOG PAGUNTAKA CITY IN MEDIA
Bagaimana pendapat anda tentang manfaat BLOG PAGUNTAKA CITY IN MEDIA, Silahkan klik dibawah ini :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN
LIHAT VIDEONYA, SILAHKAN KLIK GAMBAR DIATAS