Tak Peduli Janji Politik, Pasang Tarif Sewa Biar Tak Rugi
#Tarakan - Masa kampanye Pemilihan Umum Kepala Daerah (Pemilukada), baik Pemilihan Walikota-Wakil Walikota (Pilwali) Tarakan maupun Pemilihan Gubernur-Wakil Gubernur (Pilgub) Kalimantan Timur yang berlangsung bersamaan-mulai tanggal 24 Agustus lalu, tak hanya meramaikan daerah-daerah yang dikunjungi pasangan calon yang bersaing dengan janji-janji politik. Di sisi lain, ada berkah yang langsung dirasakan masyarakat yang menjadi sasaran janji kampanye para calon kepala daerah itu. Salah satunya, tukang ojek yang kebanjiran orderan dari beberapa tim pemenangan pasangan calon.
HASRIANTI (SKH. Radar Tarakan)
MULAI pagi hingga siang Senin (26/8), terlihat hilir-mudik beberapa tukang ojek yang mangkal di pos ojek Paraikatte, Jalan Gajah Mada. Beberapa lembar stiker pasangan calon walikota-wakil walikota yang tertempel di bagian pondasi pos ojek berbahan dasar kayu itu, mempertegas bahwa saat ini masa kampanye Pilwali Tarakan.
Di posko bercat oren itu, tampak beberapa tukang ojek tengah duduk bersantai sembari bercerita ringan. Bahkan, sayup-sayup terdengar ada yang membicarakan soal siapa pemimpin Tarakan terbaik dari sembilan pasangan calon yang bertarung saat ini. Didampingi beberapa sepeda motor yang tampak belum termodifikasi, pembicaraan mereka terus berlangsung santai, meski terkadang terhenti dengan sendirinya.
Ditemui pewarta, Azis salah seorang tukang ojek yang mangkal di pos ojek Paraikatte menyebutkan, seperti masa kampanye sebelumnya, peruntungan mereka selalu membaik, seiring banyaknya orderan sewa kendaraan untuk kepentingan kampanye pasangan calon. Tak peduli siapa orangnya, yang penting bayar sewa kendaraan, mereka langsung tancap gas. “Biasanya kita disewa, kalau dulu sekitar Rp 20 ribu untuk satu kali kampanye, itu untuk uang bensin. Sekarang akan naik lagi, karena BBM sudah naik, kita akan pasang target. Kalau dibawah Rp 50 ribu, kita tidak terima karena kita anggap rugi,” jelasnya.
“Kita ikut meramaikan saja, semua kampanye calon dan partai kita ikuti. Kita sesuaikan saja dengan uang dari mereka, kalau tidak sesuai ya nda usah ikut. Pokoknya, kalau uangnya sedikit, tidak mau, kita rugi. Mending nongkrong disini saja, penghasilannya jelas minimal Rp 50 ribu, bahkan kita terkadang dapat hingga Rp 300 ribu sehari hari,” tambahnya.
Senada, Wahyu, tukang ojek Jalan Gajah Mada lainnya menyebutkan bahwa, ia dan rekan-rekannya tak memandang figur atau janji politik pasangan calon yang melaksanakan kampanye. “Kita hanya lihat siapa yang punya uang banyak, itu yang kita ambil,” ujarnya.
Katanya, untung-rugi adalah bagian terpenting dalam kerja seorang tukang ojek. Jika melaksanakan kampanye, lalu pemasukannya tak sebesar yang dihasilkan dalam sehari, maka itu dianggap merugi. Dan, hal ini dialami mereka pada kampanye pesta demokrasi sebelumnya.
Dari itu, kini mereka hanya menerima orderan kampanye, jika nilai sewa yang diberikan diatas rataan pendapatan mereka per hari. “Kita perhitungkan juga penghasilan per hari berapa. Kampanye itu ‘kan kita ikuti dari pagi sampai siang, nah kalau kita dapat hanya dapat Rp 20 ribu atau Rp 50 ribu, itu kan kurang, kita juga butuh makan. Di rumah ada keluarga juga yang akan kita tanggung tiap harinya,” kata Yanto melengkapi.
Intinya, janji kampanye pasangan calon peserta pemilukada tahun ini, dinilai tak sebesar dengan bayaran yang disampaikan mereka secara langsung kepada masyarakat. Ini juga gambaran bahwa masyarakat bosan dengan janji-janji politik, yang manis diawal, tapi tak pernah terealisasi hingga kini.
Sumber Info : Radartarakan.co.id - Rabu, 28 Agustus 2013
BERBAGI INFO :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA
SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :