TERBARU.......

Jumat, 08 November 2013

Nova Dirani, Pramuka Tuna Rungu Keliling Indonesia




Untuk Tambah Wawasan, Sempat Dikira Teroris


#Tarakan - Sebesar apa semangat kita hari ini? Sebuah pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan angka riil. Sebab tidak ada formula atau rumus dalam ilmu pasti yang dapat mengkalkulasinya. Itulah kenapa kita hanya bisa berujar ‘luar biasa’ ketika bertemu Nova Driani. Siapa dia ?



HANYA senyum lebar yang tampak tulus dan ikhlas yang tergambar pada wajah pemuda bertubuh jangkung itu. Badannya yang terlihat sedikit kurus, membuat gerakannya lebih gesit dan lincah memberikan bahasa isyarat. Gerakan tangan yang kadang terbuka, tertutup, mengepal dengan ibu jari diacungkan ke atas, diiringi komat-kamit mulut yang tidak bisa mengeluarkan suara yang jelas adalah bahasa isyarat, caranya berkomunikasi.

Sayangnya, penulis sama sekali tidak mengerti apa maksud dari gerakannya itu, sehingga membuat pemuda kelahiran Bulungan, 14 November 1980 itu meraih sebuah kertas kosong dan sebuah pena, lalu menuliskan tujuannya datang ke kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kota Tarakan, Rabu (7/11)lalu, tempat penulis bertemu dengannya. “Saya melakukan perjalanan keliling Indonesia,” tulisnya dalam ketas.

Inilah Nova Driani, pemuda yang beberapa hari lagi genap berusia 33 tahun itu dengan pakaian seragam pramuka lengkapnya, mengajukan sebuah lembaran berbentuk sertifikat yang berkop ‘Anggota Pramuka Luar Biasa (APLB), Cacat Tuna Rungu Indonesia, Perjalanan Keliling Indonesia’ yang terterakan dengan tinta emas, kepada setiap kepala kantor yang ditemuinya dalam perjalanannya, termasuk kepada Kepala Satpol PP Kota Tarakan, Dison SH.

Tujuannya, untuk mendapatkan sebuah surat pernyataan dari kepala kantor tersebut bahwa ia pernah berkunjung secara resmi ke kantor dimaksud, sebagai bukti perjalanannya. Tidak tanggung-tanggung, didalam ransel yang selalu tergantung di pundaknya, dikeluarkan beberapa album yang berisi dokumen prestasi kepramukaan. Lebih mengejutkan lagi, sejumlah kepala daerah, kepala instasi pemerintah, kepala kepolisian baik Polres maupun Polda, serta masih banyak lagi pimpinan institusi lainnya baik negeri maupun swasta dari beberapa daerah di Pulau Kalimantan dan Jawa, memberinya surat pernyataan telah berkunjung, lengkap dengan fotonya bersama kepala kantor tersebut.

“Saya sudah ke Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Palembang, Bandung, Kalimantan Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat,” tulis Nova saat ditanya daerah mana saja yang sudah dia datangi.

Sekedar mendapat surat keterangan ternyata bukanlah tujuan utamanya, meskipun surat itu menjadi bukti perjalanannya. Namun bagi Nova, tersirat sebuah pertanyaan bahwa untuk siapa bukti itu, dan dengan siapa dia harus membuktikan perjalanannya. Sehingga, dengan cukup tegas dia memperlihatkan keterangan dari surat pengantar berkop tinta emas tadi, yang salah satu alineanya tertulis, ‘perjalanan ini saya lakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang keragaman Indonesia’. Alenia berikutnya mengatakan, ‘kegiatan ini didukung oleh Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Kalimantan Timur sesuai Surat nomor 17-03/098/SKET/VI/2009 tanggal 15 Juni 2009, dengan harapan misi ini dapat lebih mengangkat citra positif gerakan pramuka’.

Kedatangan Nova di kantor aparat penegak peraturan daerah di Tarakan itu pun disambut baik oleh Kepala Satpol PP Kota Tarakan dan segenap jajarannya. Sehingga, permintaan surat penyataan kunjungan sebagai kenang-kenangan plus foto bersama dengan dengan senang hati dilakukan oleh Dison, dengan mengambil latar belakang tugu bertuliskan nama kantor yang berlokasi di Jalan Halmahera, Kelurahan Pamusian tersebut.

Sebenarnya, Nova yang saat ini bedomisili di Jalan H Ir Juanda, Gang Cempaka, Nomor 5, RT 60, Kota Samarinda, bukan kali pertamanya berkunjung ke Tarakan selama menjalankan misinya itu. Awal mula perjalanannya Desember 2008 lalu, lulusan sebuah Sekolah Luar Biasa (SLB) di Samarinda ini bahkan pernah mengunjungi Gedung Silver (sebutan kantor pusat SKH Radar Tarakan), dan didalam sebuah album ia menunjukkan dokumentasi potongan koran berisi berita tentang dirinya saat berkujung ke Radar Tarakan waktu itu.

Bukan hanya Radar Tarakan, bahkan Kaltim Post, dan beberapa kantor media Jawa Pos Grup juga sudah pernah memuat berita tentang kunjungannya, yang memang sudah ia lakukan sejak lima tahun lalu itu. Hasilnya, pemuda dengan keterbatasan fisik (tuna rungu dan tuna wicara) itu telah mengantongi sejumlah pengalaman. Ia pun tentunya dikenal oleh banyak pejabat tinggi daerah yang pernah dikunjunginya.




SEMPAT DIKIRA TERORIS

Meski dengan komunikasi yang terbatas pada proses tanya jawab, penulis sempat memberikan pertanyaan yang ditulis dalam kertas kepadanya, ‘Apakah pernah menemui kesulitan saat bertemu pejabat?, dengan sedikit berpikir, ia lalu menuliskan dalam kertas kata “Bali” yang artinya ia pernah menemui masalah di daerah yang dijuluki Pulau Dewata itu.

Sulit baginya untuk menuliskan secara detail pengalamannya itu dalam kertas, namun salah seorang anggota Satpol PP yang bisa mengartikan bahasa isyaratnya, memintanya untuk menceritakannya dengan menggunakan bahasa tubuh tersebut. Cukup menggelikan pada penyataan yang digambarkannya dalam bahasa isyaratnya tersebut, bahwa dirinya sempat dikira teroris saat menyambangi Pulau Dewata beberapa tahun lalu, hanya dengan alasan bahwa janggut yang tumbuh di dagunya terlihat cukup panjang, meski terlihat cukup tipis.

Lewat bahasa isyarat yang diartikan oleh Iswandi, anggota Satpol PP yang faham bahasa isyarat itu, Nova menyampaikan bahwa waktu itu semua barang bawaannya digeledah oleh polisi dan sempat dibawa ke pos polisi dekat bandara, karena dicurigai membawa bahan peledak, atau barang yang bisa meledak.

Menurutnya, waktu itu mayaratakat Bali memang masih trauma dengan insiden bom yang meledak di kawasan bandara, yang pelakunya rata-rata memiliki janggut yang modelnya sama dengan janggutnya. Sialnya lagi, waktu itu niatnya untuk ketemu dengan Gubernur Bali pun harus kandas, bukan karena dikira teroris. Kebetulan pula, saat itu orang nomor satu di Pulau Dewata tersebut tengah keluar daerah. “Dia tidak diterima gubernur, alasannya keluar,” kata Iswandi mengartikan bahasa isyarat yang disertai anggukan dari Nova membenarkan.(***)

Sumber Info : Radartarakan.co.id - Jumat, 8 November 2013




BERBAGI INFO :

BLOG PAGUNTAKA CITY IN MEDIA
Bagaimana pendapat anda tentang manfaat BLOG PAGUNTAKA CITY IN MEDIA, Silahkan klik dibawah ini :







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tentang artikel diatas silahkan komentar anda yang bersifat positif dan membangun demi KOTA TARAKAN TERCINTA

SEKARANG KOMENTAR ANDA KAMI TUNGGU :

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN

VIDEO SUATU HARI DI KOTA TARAKAN
LIHAT VIDEONYA, SILAHKAN KLIK GAMBAR DIATAS